Beranda | Artikel
Alasannya Hanya Tradisi
Rabu, 18 Juni 2014

Ada yang mengamalkan suatu ibadah yang tidak ada tuntunan, alasannya, “Ini kan sudah jadi tradisi yang turun temurun.

Alasan seperti ini dikemukakan pula oleh orang musyrik dahulu di masa silam. Mereka beralasan dengan tradisi, sama dengan orang-orang saat ini.

Inilah alasan orang musyrik,

إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22).

Sama halnya juga dengan penyembah berhala di masa Nabi Ibrahim. Ketika Ibrahim bertanya pada ayah dan kaumnya,

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ

“(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?” (QS. Al Anbiya’: 52).

Kaumnya malah menjawab,

قَالُوا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ

Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.” (QS. Al Anbiya’: 53).

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitabnya Masail Jahiliyyah berkata, “Sifat orang jahiliyyah adalah biasa berdalil dengan tradisi nenek moyangnya dahulu. Sebagaimana kata Fir’aun,

قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَى

Berkata Fir’aun: “Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?” (QS. Thaha: 51).

Begitu pula kata kaum Nuh,

مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آَبَائِنَا الْأَوَّلِينَ

Belum pernah kami mendengar ajaran seperti ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu” (QS. Al Mukminun: 24).”

Kaum Quraisy pun beralasan seperti itu.

مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ الْآَخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ

Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan” (QS. Shaad: 7)

Jadi semuanya beralasan ketika dituntut mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, alasan mereka adalah bagaimana dengan ajaran nenek moyang yang sudah mentradisi. Itu saja alasannya. Padahal watak seperti ini hanya mengekor beo dari ajarannya orang musyrik dan jahiliyyah. Berdalil adalah dengan mengemukakan dalil Al Quran dan As Sunnah, bukan beralasan ini sudah jadi tradisi semata.

Beda halnya kalau yang jadi ajaran adalah nenek moyang yang sholeh. Seperti yang dialamai Nabi Yusuf ‘alaihis salam,

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آَبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ

Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah.” (QS. Yusuf: 38). Yang Nabi Yusuf ‘alaihis salam ikuti adalah nenek moyang yang sholeh yang membawa ajaran tauhid dan ajaran Islam yang benar.

Wallahu a’lam. Hanya Allah yang memberi taufik.

Diselesaikan di Halim Perdana Kusuma, 19 Sya’ban 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom

Silakan dapatkan buku “Mengenal Bid’ah Lebih Dekat” karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal seharga Rp.13.000,- belum termasuk ongkir.

Segera pesan via SMS +62 852 00 171 222 atau BB 2A04EA0F atau WA +62 8222 604 2114. Kirim format pesan: buku bid’ah#nama pemesan#alamat#no HP#jumlah buku.


Artikel asli: https://rumaysho.com/7942-alasannya-hanya-tradisi.html